by Daniel Ronda
Khotbah yang Hebat: Mendengar Khotbah (22)
Suatu waktu saya ke Korea Selatan bersama
rombongan hamba Tuhan ke sebuah gereja besar di Seoul yaitu Kwanglim Methodist
Church. Gereja ini tentu beraliran Methodist yang menggunakan himne dalam
ibadah mereka. Tapi ketika tiba pada saat pengkhotbah naik mimbar saya
menemukan keunikan. Jemaat selalu merespons khotbah dengan mengatakan “amin”
setiap kali kalimat selesai diucapkan. Ada semangat dan respons yang terjadi
dalam setiap khotbah yang disampaikan. Hal yang sama terjadi juga di berbagai
gereja di Korea Selatan, termasuk ketika saya berkesempatan lagi mengunjungi Onnuri
Church di kota Seoul beberapa tahun lalu setelah kunjungan ke Kwanglim Methodist
Church. Saya bertanya kepada para hamba Tuhan di sana mengapa mereka selalu
merespons dengan "amin" atas setiap pengkhotbah mengakhiri kalimat? Tentu
jawabannya sederhana, karena jemaat mereka diajar menghormati firman Tuhan dan
diajari untuk merespons dengan kata amin. Sungguh sebuah cara yang sederhana.
Sama dengan berbagai tempat di
dunia, maka mendengarkan khotbah di sini bagi jemaat adalah sebuah kebiasaan
rutin, tapi apakah jemaat menantikannya? Atau malah sebaliknya jemaat merasa
mendengarkan khotbah hanya sebuah rutinitas biasa. Jemaat merasa biasa saja,
tidak bertumbuh menjadi lebih dewasa. Bisa jadi karena kita tidak pernah
mengajarkan jemaat bagaimana mereka seharusnya mendengar dan meresponi khotbah.
Apalagi memang mendengarkan khotbah itu bukan hal yang mudah, di mana jemaat
disajikan panorama masa lalu yang sudah beribu tahun yang lalu kejadiannya,
sehingga ketika kita menyajikan panorama itu dalam khotbah jemaat merasa ini
adalah suatu yang tidak relevan. Itu sebabnya membawa jemaat ke panorama masa
lalu dan menemukan relevansi kepada waktu masa kini adalah tugas yang tidak
mudah. Kita mudah jatuh kepada pendulum masa lalu atau sebaliknya terlalu fokus
ke masa kini. Maksudnya ada yang sibuk mendalami masa lalu Alkitab tapi lupa
menjalinnya dalam satu kesatuan dengan kekinian. Pada sisi lain ada yang fokus
ke situasi cerita masa kini tapi lupa menguraikan firman Tuhan.
Lalu bagaimana kita bisa menolong
jemaat untuk bisa mendengarkan khotbah dengan lebih baik? J.C. Ryle dalam
bukunya “Expository Thoughts on the Gospels: Luke Vol. 1 (Carliste, PA: Banner
of Truth, 1986), 258-259 menjelaskan tiga langkah sederhana bagaimana
mendengarkan khotbah:
Pertama, mendengarkan dengan IMAN.
Jemaat perlu diyakin bahwa iman kepada firman Tuhan adalah percaya bahwa
kebenaran yang disampaikan adalah sesuatu yang benar dan di dalamnya kita
bersandar. Iman inilah yang menyebabkan firman Tuhan itu dapat bertumbuh dalam
diri kita sehingga memiliki kegunaan (profit) yang luar biasa dalam kehidupan
orang percaya (bdk. Ibrani 4:2).
Kedua, mendengarkan dengan rasa
HORMAT. Selalu diingatkan bahwa firman Tuhan itu bukan firman manusia tapi dari
Tuhan sehingga jemaat harus belajar menghormatinya dengan sungguh-sungguh.
Begitu pula ketika firman Tuhan diuraikan, mereka harus belajar seperti jemaat
Tesalonika di mana mereka mendengarkan firman yang disampaikan Paulus bukan
firman manusia, tapi sebagai sabda dari Tuhan (bdk. 1 Tes 2:13).
Ketiga, mendengarkan dengan DOA. Jemaat
diminta untuk turut berdoa mohon berkat sebelum khotbah dimulai dan setelah
selesai khotbah juga memohonkan berkat atas firman Tuhan. Doa ini akan menolong
jemaat mengantisipasi berkat yang mereka akan terima. Tanpa doa maka khotbah
akan mengalir bak air yang dicurahkan ke bejana yang bocor, di mana akhirnya
setelah aliran air berhenti tidak ada air yang sisa di bejana itu. Jemaat perlu
mendoakan para pengkhotbah agar mereka akan dipakai sebagai alat di tangan-Nya
untuk menyampaikan kebenaran firman Tuhan.
Akhirnya, adalah tanggung jawab
pengkhotbah (gembala dan pemimpin) untuk mengajarkan jemaat untuk datang pada
hari Minggu dengan tidak tergesa-gesa, tanpa persiapan. Sebaliknya jemaat
diajar datang dengan persiapan hati, penuh perhatian, tidak dengan tangan hampa
tapi menyiapkan persembahan yang terbaik, serta berdoa memohon agar Tuhan
melawat dengan kebenaran firman Tuhan (*DR*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar