By: Daniel Ronda
Catatan Pendek: Berkomunikasi dengan Otoritas (21)
Di samping tugas berkhotbah, maka seorang hamba Tuhan juga pasti diminta berbicara sebagai penceramah, menjadi pembicara dalam pelatihan, atau pun memberikan kata sambutan dan berbagai acara yang membuat kita berbicara di depan umum. Apapun itu, kita tidak bisa berdiri di depan publik hanya biasa-biasa saja menyampaikan apa yang perlu disampaikan. Seorang juga harus tahu bagaimana mengkomunikasikannya dengan penuh kuasa. Tidak boleh ada kesan khotbah berbeda dengan ceramah dan pelatihan karena apapun itu kita sedang menyampaikan maksud hati Tuhan walaupun dengan cara yang berbeda.
Chris Wesley dalam artikelnya “How to Communicate Your Message With Authority” di churchleaders.com memberikan beberapa tips berguna bagaimana berkomunikasi dengan kuasa dalam even apapun:
Pertama, praktikkan kerendahan hati
Berbicara dengan kuasa tidak berarti kita harus mengetahui segalanya. Kita harus mengakui apa yang kita ketahui dan apa yang tidak kita ketahui. Pendengar menghargai pembicara yang jujur dan rendah hati karena memang kita tidak tahu segalanya. Justru bahasa kerendahan hati dalam berbicara menunjukkan kualitas kita dan tidak mau menggurui dan merasa bahwa dirinya sempurna. Kadangkala tidak ada salahnya kita mengakui kegagalan dan bagaimana kita bangkit dari kegagalan itu dengan pertolongan Tuhan. Kerendahan hati adalah kunci berbicara dengan kuasa.
Kedua, kenali siapa pendengar Anda
Memahami siapa pendengar Anda itu sangat penting. Apalagi kita mampu mengetahui apa pergumulan, ketakutan, dan harapan mereka, di mana kita menyampaikan hal-hal itu dalam cerita-cerita yang bersifat personal tentunya akan menyentuh emosi mereka. Maka kita harus melakukan observai kecil-kecilan dengan mengamati, bertanya dan membaca untuk mengetahui apa sebenarnya kebutuhan manusia itu sebenarnya. Semakin kita mengenal mereka, semakin mereka akan mendengarkan kita.
Ketiga, jadikan materi pembicaraan sebagai milik Anda
Dalam menyampaikan materi harus disampaikan dengan penuh kepercayaan diri. Itu dibangun dengan menjadikan materi itu sudah kita kuasai dan sudah kita hidupi, dan bukan hanya katanya saja. Sebagai contoh jika kita mau memberikan seminar tentang pasangan suami istri yang harmonis, maka pastikan Anda sudah hidupi itu walaupun mungkin tidak sempurna. Tentu kita juga harus berlatih dalam menguasai materi lewat latihan bicara sendiri di depan cermin, hafal yang perlu dihafal dan benar-benar menjadikan kata, gerak dan hidup menyatu. Lalu jangan takut untuk menerima umpan balik untuk meningkatkan kemampuan bicara.
Keempat, jangan berhenti belajar seni berbicara
Menyampaikan berita lewat ceramah dan seminar telah mengalami banyak perubahan baik dari segi teori dan praktis. Itu sebabnya banyak belajar lewat pembicara terkenal lewat buku-buku public speakin ataupun buku khotbah, serta lewat dunia digital seperti youtube dan media sosial lainnya. Salah satu yang juga bisa dicoba adalah merekam sendiri ceramah kita dan kemudian mendengarkan kembali lalu memberikan catatan-catatan mana yang merupakan kelemahan dan bagaimana bisa memperbaikinya.
Akhirnya, kesempatan yang diberikan untuk berbicara di depan umum harus kita sikapi dengan serius. Semakin kita membangun otoritas di dalam ceramah kita maka semakin orang akan mendengar dan mengikutinya. Sekecil apapun kita belajar mengembangkan diri, hasilnya akan kita dapat dan memang kita layak mendapatkan atas kerja keras yang kita bangun dalam belajar berbicara di depan umum (*DR*)
Catatan Pendek: Berkomunikasi dengan Otoritas (21)
Di samping tugas berkhotbah, maka seorang hamba Tuhan juga pasti diminta berbicara sebagai penceramah, menjadi pembicara dalam pelatihan, atau pun memberikan kata sambutan dan berbagai acara yang membuat kita berbicara di depan umum. Apapun itu, kita tidak bisa berdiri di depan publik hanya biasa-biasa saja menyampaikan apa yang perlu disampaikan. Seorang juga harus tahu bagaimana mengkomunikasikannya dengan penuh kuasa. Tidak boleh ada kesan khotbah berbeda dengan ceramah dan pelatihan karena apapun itu kita sedang menyampaikan maksud hati Tuhan walaupun dengan cara yang berbeda.
Chris Wesley dalam artikelnya “How to Communicate Your Message With Authority” di churchleaders.com memberikan beberapa tips berguna bagaimana berkomunikasi dengan kuasa dalam even apapun:
Pertama, praktikkan kerendahan hati
Berbicara dengan kuasa tidak berarti kita harus mengetahui segalanya. Kita harus mengakui apa yang kita ketahui dan apa yang tidak kita ketahui. Pendengar menghargai pembicara yang jujur dan rendah hati karena memang kita tidak tahu segalanya. Justru bahasa kerendahan hati dalam berbicara menunjukkan kualitas kita dan tidak mau menggurui dan merasa bahwa dirinya sempurna. Kadangkala tidak ada salahnya kita mengakui kegagalan dan bagaimana kita bangkit dari kegagalan itu dengan pertolongan Tuhan. Kerendahan hati adalah kunci berbicara dengan kuasa.
Kedua, kenali siapa pendengar Anda
Memahami siapa pendengar Anda itu sangat penting. Apalagi kita mampu mengetahui apa pergumulan, ketakutan, dan harapan mereka, di mana kita menyampaikan hal-hal itu dalam cerita-cerita yang bersifat personal tentunya akan menyentuh emosi mereka. Maka kita harus melakukan observai kecil-kecilan dengan mengamati, bertanya dan membaca untuk mengetahui apa sebenarnya kebutuhan manusia itu sebenarnya. Semakin kita mengenal mereka, semakin mereka akan mendengarkan kita.
Ketiga, jadikan materi pembicaraan sebagai milik Anda
Dalam menyampaikan materi harus disampaikan dengan penuh kepercayaan diri. Itu dibangun dengan menjadikan materi itu sudah kita kuasai dan sudah kita hidupi, dan bukan hanya katanya saja. Sebagai contoh jika kita mau memberikan seminar tentang pasangan suami istri yang harmonis, maka pastikan Anda sudah hidupi itu walaupun mungkin tidak sempurna. Tentu kita juga harus berlatih dalam menguasai materi lewat latihan bicara sendiri di depan cermin, hafal yang perlu dihafal dan benar-benar menjadikan kata, gerak dan hidup menyatu. Lalu jangan takut untuk menerima umpan balik untuk meningkatkan kemampuan bicara.
Keempat, jangan berhenti belajar seni berbicara
Menyampaikan berita lewat ceramah dan seminar telah mengalami banyak perubahan baik dari segi teori dan praktis. Itu sebabnya banyak belajar lewat pembicara terkenal lewat buku-buku public speakin ataupun buku khotbah, serta lewat dunia digital seperti youtube dan media sosial lainnya. Salah satu yang juga bisa dicoba adalah merekam sendiri ceramah kita dan kemudian mendengarkan kembali lalu memberikan catatan-catatan mana yang merupakan kelemahan dan bagaimana bisa memperbaikinya.
Akhirnya, kesempatan yang diberikan untuk berbicara di depan umum harus kita sikapi dengan serius. Semakin kita membangun otoritas di dalam ceramah kita maka semakin orang akan mendengar dan mengikutinya. Sekecil apapun kita belajar mengembangkan diri, hasilnya akan kita dapat dan memang kita layak mendapatkan atas kerja keras yang kita bangun dalam belajar berbicara di depan umum (*DR*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar