By Daniel Ronda
Khotbah yang Hebat: “Mengakhiri Khotbah (15)”
Bagaimana sebenarnya mengakhiri sebuah khotbah? Ada beberapa pengkhotbah melakukannya secara mendadak, di mana tiba-tiba dia menghentikan dengan mengajak jemaat berdoa. Menghentikan khotbah mendadak sama seperti mobil yang melaju dengan kencang dan tiba-tiba melakukan rem mendadak dan tiba-tiba berhenti. Sungguh tidak enak rasanya. Khotbah mendadak berhenti dikarenakan ada anggapan bahwa jemaat perlu kejutan sehingga mereka masih merindukan khotbah. Anggapan ini tidak benar, karena tetap tidak etis menghentikan khotbah yang sudah dibangun dengan amanat firman Tuhan lalu dihentikan tiba-tiba. Bila demikian bagaimana khotbah sebaiknya diakhiri?
Khotbah yang Hebat: “Mengakhiri Khotbah (15)”
Bagaimana sebenarnya mengakhiri sebuah khotbah? Ada beberapa pengkhotbah melakukannya secara mendadak, di mana tiba-tiba dia menghentikan dengan mengajak jemaat berdoa. Menghentikan khotbah mendadak sama seperti mobil yang melaju dengan kencang dan tiba-tiba melakukan rem mendadak dan tiba-tiba berhenti. Sungguh tidak enak rasanya. Khotbah mendadak berhenti dikarenakan ada anggapan bahwa jemaat perlu kejutan sehingga mereka masih merindukan khotbah. Anggapan ini tidak benar, karena tetap tidak etis menghentikan khotbah yang sudah dibangun dengan amanat firman Tuhan lalu dihentikan tiba-tiba. Bila demikian bagaimana khotbah sebaiknya diakhiri?
1) Khotbah diakhiri setelah poin-poin amanat khotbah
disampaikan dengan memberitahu bahwa khotbah akan berakhir. Misalnya dengan
mengatakan “pada akhir khotbah ini, dan kalimat sejenisnya”. Seorang dosen
khotbah mengatakan bahwa jemaat berhak tahu kapan khotbah akan berakhir. Mereka
berhak tahu karena mereka sudah duduk mendengar awal dan isi khotbah dan
sekarang jemaat perlu dihantarkan pada akhir yang baik. Laksana pilot pesawat
yang baik, maka landing pesawat adalah tugas utama yang membawa penumpang pada
tujuan. Hal yang sama dalam mendengar khotbah di mana jemaat akan menyiapkan
diri dengan fase baru yaitu apa tantangan yang firman Tuhan berikan lewat
khotbah yang disampaikan;
2) Akhir khotbah tidak boleh panjang, bisa jadi 5-10 menit di
mana itu tergantung budaya gereja masing-masing. Jangan “menipu” jemaat dengan
mengatakan, misalnya: “sebagai kesimpulan, atau terakhir” tapi masih
dilanjutkan selama 30 menit lagi atau lebih. Pengkhotbah hanya menggunakan
taktik itu untuk menarik minat jemaat supaya dapat perhatian atas apa yang
masih mau disampaikan. Taktik itu tidak tepat, karena jemaat akan gelisah dan
selanjutnya tidak akan percaya lain waktu bila kita mengatakan hal yang sama.
Jadi bila kita sudah menyampaikan akan mengakhiri maka kita harus konsisten
untuk mengakhirinya;
3) Akhir dari sebuah khotbah bisa menyimpulkan poin-poin dari
amanat teks dan bila mengulangi poin yang ada dalam isi khotbah, maka sampaikan
dengan kalimat yang berbeda dan tidak perlu panjang lagi. Lalu setelah itu yang
utama adalah dilanjutkan dengan memberikan tantangan. Khotbah selalu harus
diisi dengan tantangan bagaimana jemaat melakukan apa yang merupakan berita
dari firman Tuhan. Tantangan dimulai dengan kalimat retorika lalu diakhiri
dengan ajakan untuk melakukan sesuatu yang nyata dalam kehidupan sehari-hari;
4) Bisa membuat variasi dalam menutup khotbah misalnya dengan
ajakan menyanyi lalu berdoa, atau akhiri dengan film pendek (kurang lebih 3
menit) atau cerita pendek yang sesuai dengan seluruh makna khotbah. Ada banyak
variasi yang bisa dilakukan sepanjang tidak bertele-tele dan durasi waktunya
tidak lama. Penting melatih bahasa persuasif serta mengena kepada emosi dan
bukan hanya hal-hal informatif saja dalam memberikan tantangan;
5) Membuat tantangan di akhir khotbah tentu tidak mudah
karena bergantung tradisi gereja masing-masing. Ada yang lebih formal dan ada
yang lebih fleksibel. Di gereja yang bersifat formal hendaknya kita lebih
banyak menggunakan kalimat persuasif, retorika dan naratif untuk menantang
jemaat melakukan sesuatu. Di gereja yang lebih fleksibel seperti gereja pentakostal/kharismatik
maka bisa dilakukan altar call, pujian dan penyembahan serta doa khusus.
Lagi-lagi selalu harus disiapkan dengan baik dari awal persiapan khotbah
sehingga jemaat tidak jenuh dan bosan sehingga tidak minat lagi mengikuti apa
yang terjadi. Akhirnya perlu melatih mengakhiri khotbah dengan baik di mana
menuntun jemaat pada puncak khotbah adalah tugas yang juga sama beratnya. Maka
jam terbang yang banyak dalam berkhotbah akan memperkuat kemampuan dalam
membuat akhir khotbah yang baik. Tuhan menolong kita (*DR*)
www.danielronda.com
www.danielronda.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar