By Daniel Ronda
Catatan Pendek DR: "Khotbah yang Hebat" (1) – Sebagai seorang yang
mengajar mata kuliah Khotbah atau Homiletika dalam kelas pascasarajana,
saya yakin bahwa teknik berkotbah harus dikuasai oleh seorang pengkhotbah.
Namun apakah inti pelajaran agar kita mampu berkhotbah secara baik
bahkan hebat? Ada yang bertanya apakah rahasia menjadi pengkotbah yang
hebat? Bisakah saya memelajarinya di kelas? Bila bisa, mengapa keluaran
sekolah teologi tidak sama kemampuan kotbahnya?
Memang homiletika adalah
sebuah ilmu dan seni (science and art) yang akan saya jelaskan kemudian
pada bagian kedua. Kembali kepada pertanyaan awal, apakah syarat menjadi pengkhotbah yang hebat? Saya
meyakini bahwa khotbah yang hebat bukan karena kemampuan menguasai teknik
berkhotbah, tapi kepada apa yang diyakini atau dipercayainya (saya
meminjam ide dari Dr. Tony Delima "The Secret Key to Great preaching"
tersedia di churchleaders.com). Jika demikian, apa saja keyakinan yang
perlu dimiliki seorang pengotbah hebat?
1) Dia cinta dan takjub akan
firman Tuhan: seorang pengkhotbah harus mengasihi Alkitab dan rindu
membaca dan menyelidikinya setiap hari. Saya bersyukur memiliki seorang
mentor hebat dan sekaligus pengkhotbah hebat waktu saya memulai pelayanan
yaitu Pdt. Nyoman Enos dari Bali. Belum pernah saya melihat seorang
hamba Tuhan yang begitu cintanya akan firman Tuhan. Waktu masih praktik
di gerejanya saya terus mendapatkan cerita-cerita Alkitab. Dia begitu
takjub akan firman Tuhan sehingga dia selalu membagikan apa yang dia
dapat dalam waktu senggangnya. Sampai hari ini Pdt. Enos di usia yang
hampir 70 tahun, ia tetap dipakai sebagai pengkhotbah hebat di dalam
denominasi Gereja Kemah Injil Indonesia. Mungkin teknik khotbahnya bukan yang
terbaik, namun dia adalah pengkotbah hebat dan diurapi; Contoh lain
adalah John Piper. Dia adalah salah satu pengkhotbah favorit saya di mana
saya selalu mendengar khotbahnya lewat situs internetnya dan di youtube.
Khotbahnya selalu mengagumkan karena cintanya akan firman Tuhan; 2) Dia
memercayai kuasa penyelamatan Yesus. Khotbah yang hebat adalah khotbah
yang menyatakan Kristus sebagai pusat hidup orang percaya. Kita harus
percaya Allah mampu menyelamatkan orang yang terhilang, orang yang dalam
keadaan menderita dan bermasalah. Kita membiarkan Tuhan memakai kotbah
kita untuk dipakai dalam menyelamatkan mereka sehingga khotbah bukan
kata-kata hampa biasa; 3) Dia bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus di
mana lewat kotbahnya Roh Kudus akan bekerja menjamah hati orang percaya;
4) Dia hidup dalam kekudusan dan hidupnya adalah sebuah perjalanan
menuju kepada kesempurnaan. Hidup kudus membawa kepada karakter yang
semakin hari semakin menyerupai Kristus sehingga hidup pengkhotbah
memberikan dampak besar bagi beritanya; 4) Akhirnya dia selalu suka
berjumpa Tuhan dalam doa baik sebelum dan selama persiapan sampai kotbah
itu selesai disiapkan semuanya dibungkus dalam doa sehingga dapat
menyentuh dan mengubah pendengarnya. Akhirnya, teknik memang tetap
penting namun dalam dunia yang susah lagi mendengarkan nasehat, maka
kotbah yang mengandalkan jamahan Tuhan adalah hal yang paling esensial.
Itu didapat bukan dari teknik berkotbah tetapi dari kepercayaan kita
tentang apa khotbah itu.
***
Catatan Pendek DR: "Khotbah yang Hebat" (2) – Sebelum bicara soal
teknik maka kita harus mengingat beberapa hal dalam khotbah: 1) Jika kita
membaca teks Alkitab dalam khotbah, hormatilah teks itu. Artinya, jangan
hanya dibaca teks itu lalu ditinggalkan dan dibahas hal lain yang tidak
ada hubungan dengan teks Alkitab. Bisa jadi kita tergoda menasehati
atau bercerita pengalaman saja. Jadi kita harus menjadikan teks Alkitab
sebagai utama dan berita firman Tuhan keluar dari penggalian teks; 2)
Jika kita sudah punya judul atau tema maka pakailah dan jabarkan secara
konsisten, karena judul khotbah membawa arah dari khotbah. Ada yang
berkhotbah dengan judul menarik tapi isinya berbeda sekali dengan judul
bahkan tidak ada hubungan sama sekali. Judul bukan hiasan tapi penentu
arah ke mana khotbah hendak diarahkan; 3) Cerita penting, tapi pastikan
penggunaannya harus relevan dengan berita khotbah dan bukan isi khotbah
yang menyesuaikan dengan cerita atau ilustrasi. Banyak pengkhotbah yang
mulai menggunakan cuplikan film singkat dari youtube untuk dipakai di
khotbah. Tidak ada salahnya sepanjang film itu sesuai dan menunjang tema
khotbah. Jangan sampai pesannya tidak sampai karena tidak sesuai dengan
firman Tuhan yang disampaikan, apalagi itu hanya iklan sebuah produk.;
4) Pastikan kita menghormati jemaat yang kita kotbahi. Artinya sekeras
apapun berita mimbar pastikan bahwa jemaat yang mendengarkan kotbah kita
merasakan adanya cinta Tuhan yang keluar dari mulut pengkhotbah. Ia
harus mengasihi jemaatnya dan dalam beritanya ada berita Tuhan yang
rindu memulihkan dan mendewasakan jemaat. Khotbah bukan melampiaskan
kemarahan, kekecewaan dan ketidaksenangan tapi ada api cinta Tuhan yang
dalam bagi umat-Nya; 5) Akhirnya jadikan Kristus pusat dari khotbah kita.
Bukan manusia yang seharusnya mendapatkan pujian di akhir khotbah, namun
mereka merasakan bahwa Yesus Kristus adalah segala-galanya dalam hidup
mereka. Yuk, mulai renungkan kembali khotbah-khotbah kita (*DR*)
***
Catatan Pendek DR: "Khotbah yang Hebat" (3) – Teknik berkhotbah itu
penting. Mengingat khotbah adalah sains dan seni maka tentu setiap orang
punya karakteristik masing-masing dalam menyampaikan firman Tuhan. Namun
ada beberapa hal yang patut terus mendapatkan perhatian sekalipun kita
sudah lulus dari pendidikan teologi: 1) Perhatikan cara kita
berkomunikasi apakah dapat dimengerti pendengar. Berkomunikasi haruslah
jelas dan alur percakapan itu dapat dimengerti serta memiliki ide
dominan (atau "big idea" kata Haddon Robinson). Minta sahabat terdekat
kita atau pasangan kita memberikan masukan dengan bertanya kepada mereka
apakah kotbah saya mereka dapat dipahami. Ini butuh kerendahan hati
untuk melakukannya, tapi hasilnya akan luar biasa apalagi jika kita mau
memperbaiki cara komunikasi agar lebih jelas; 2) Setiap pengkotbah harus
mengeksegesis pendengar dan komunitasnya. Ini artinya kita harus
belajar memahami siapa pendengar kita dan konteks kehidupan serta
pergumulannya. Ini untuk memampukan kita berkomunikasi kepada mereka
sekalipun baru masuk gereja. Ini juga menolong pengkotbah dalam
menyiapkan aplikasi yang baik, di mana aplikasi itu sudah kita gumuli
sehingga fokus kepada hati dan tepat kena sasaran, jadi bukan hanya
kesimpulan umum saja (akan dibahas tersendiri bagaimana menyusun
aplikasi yang baik); 3) Dalam menyusun garis besar dan kata-kata selalu
ingat bahwa yang kita hadapi adalah pendengar dan bukan pembaca.
Menyusun khotbah bukan menyusun makalah, sekalipun harus ditulis
persiapan apa yang akan dikatakan. Tapi tetap diingat bahwa yang
dihadapi adalah pendengar sehingga dalam berkhotbah kita tidak sedang
membaca makalah di depan mimbar. Bahasa harus banyak mengandung unsur
emosi dan intonasi sehingga enak dan indah didengar. Juga ada unsur
kejutan yang akan membawa minat terus jemaat untuk mendengarnya; 4) Hal
teknis kecil yang harus selalu diperhatikan soal alat bantu sound system
serta mic-nya. Pastikan terdengar dengan baik suara kita. Lalu jangan
lupa perhatikan gerakan tangan, intonasi, berpakaian dan hal-hal kecil
lainnya. Kita perlu evaluasi dengan cara menonton kembali rekaman kotbah
kita sendiri untuk menilai hal-hal teknis ini. Sekali lagi kita harus
rendah hati mengizinkan rekan terdekat dan atau pasangan kita memberikan
masukan untuk memperbaiki kotbah kita. Tuhan menolong kita semua (*DR*)
www.danielronda.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar