Minggu, 12 Oktober 2014

Seri Khotbah yang Hebat: Doa Seorang Pengkhotbah

By Daniel Ronda
Catatan Pendek DR: “Khotbah yang Hebat – Doa seorang Pengkhotbah (12)” – Khotbah bukan berdiri sebagai motivator yang menyemangati jemaat dengan kata-kata positif yang menguatkan. Ia adalah seorang hamba Tuhan yang menyampaikan maksud hati Tuhan kepada umatNya. Maka persiapannya bukan hanya persiapan menyiapkan eksposisi firman Tuhan dan menemukan amanat khotbah bagi umat Tuhan, tetapi juga perlu memiliki persiapan rohani. Kehidupan doa dan kedekatannya dengan Tuhan sangat menentukan dalam menyampaikan khotbah, karena doa dan meditasi terhadap firman Tuhan menjadikan firman Tuhan yang disampaikan akan penuh kuasa. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai pengkhotbah dalam kehidupan spiritualitasnya:
1) Pengkhotbah selalu berdoa secara reguler dalam hidupnya dan menjadikan suatu disiplin rohani harian untuk khusus berdoa bagi dirinya, keluarganya serta jemaat yang dipimpinnya atau orang yang akan dilayaninya. Doa ini bersifat pribadi yang berbeda dengan kehidupan doa bersama dengan keluarga. Ia bisa memutuskan untuk melakukannya di pagi hari atau kalau pagi hari bersama keluarga, maka bisa dilakukan pada malam hari. Doa ini meminta juga berkat atas kepemimpinan dalam gereja dan suasana rohani jemaat agar mereka selalu responsif atas firman Tuhan; 2) Meditasi Firman Tuhan yang akan dikhotbahkan. Di samping membaca renungan tiap hari, maka teks firman Tuhan yang akan dikhotbahkan jangan langsung dieksposisi dan digali. Sebaiknya dibaca dan direnungkan terlebih dahulu serta berdoa agar Tuhan mengurapi kita. Meditasi artinya membayangkan Tuhan berbicara langsung kepada kita lewat bacaan Firman Tuhan itu dan menemukan apa perintahNya yang harus saya pegang dan taati serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jangan terjebak langsung melakukan teknik hermeneutika atas teks sebelum melakukan meditasi atas firman Tuhan itu. Temukan apa yang Tuhan ingin kita sampaikan lewat teks yang kita renungkan; 3) Berpuasa: seorang pengkhotbah harus berpuasa agar sungguh firman Tuhan yang disampaikan penuh urapan Tuhan. Ingat berkhotbah adalah peperangan rohani, di mana Iblis tidak senang umat Tuhan menaati firman Tuhan. Praktik puasa bisa dilakukan dengan cara tidak menonton TV atau lihat smartphone beberapa jam khususnya waktu persiapan (ide dari Rihard Foster). Pengalaman menunjukkan bahwa tidak maksimal persiapan sementara suara TV sangat keras apalagi sedang acara pertandingan sepakbola. Mematikan TV membuat ketenangan yang luar biasa di dalam rumah. Gembala perlu mencobanya. Praktik puasa juga dilakukan dengan tidak makan satu kali atas waktu makan kita misalnya tidak makan siang dan cemilan di antaranya yaitu dari pagi sampai sore walaupun boleh minum, dan juga bisa berpuasa penuh selama 24 jam tidak makan, atau bisa hanya makan buah saja dan minum air putih. Kebiasaan puasa ini penting kita lakukan. Untuk yang belum biasa, bisa melakukannya secara bertahap; 4) Setelah khotbah selesai disusun, tidak ada salahnya mendengarkan atau membaca khotbah atas teks yang sama yang dilakukan oleh hamba Tuhan yang kita hormati. Dengan mudahnya di dunia digital internet, youtube, di android atau IOS apps sangat menolong mendapatkan bahan khotbah dari teks yang sama. Dengarkan khotbah mereka dan jadilah pendengar dan pembaca yang membuka hati di hadapan Tuhan. Saya misalnya sangat menyukai mendengar pengkhotbah favorit saya John Piper dan John MacArthur, Allister Begg, Albert Mohler, Sinclair Fergusson, atau dosen khotbah saya Ellsworth Kallas dan beberapa yang lain lagi. Bagi saya khotbah mereka akan memperkaya apa yang saya sudah dapatkan dari Tuhan. Cuma hati-hati jangan melakukan plagiasi. Plagiat itu mencuri dan tidak boleh dilakukan seorang hamba Tuhan. Jika pun Anda merasa ada yang bagus dari khotbah yang didengar, ingat kutip dengan memberikan kredit yaitu dengan menyebutkan sumber serta namanya. Tujuan dari mendengarkan atau membaca khotbah ini untuk menajamkan apa yang Tuhan ingin sampaikan kepada umat Tuhan; 5) Akhirnya, jika Anda kering secara rohani dan merasa “burn out” dalam pelayanan maka akuilah itu kepada Tuhan. Jangan merasa bersalah waktu menyusun khotbah dalam keadaaan kekeringan. Tapi lebih baik tenangkan diri dan keluar dari kesibukan serta pergi menenangkan diri. Minta kepada Tuhan agar hati ini seperti rusa yang haus diberikan air yang menyejukkan dan melepaskan dahaga, sehingga akhirnya kita dapat memberikan air yang sama bagi umat yang dahaga. Inilah pentingnya kita memiliki relasi spiritualitas yang dalam dengan Tuhan sebagai seorang pengkhotbah (*DR*).
www.danielronda.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar