By Daniel Ronda
Khotbah yang Hebat (18): Struktur Khotbah
Ada jemaat mengeluh bahwa dia tidak mengerti isi khotbah seorang hamba Tuhan? Mengapa itu seringkali terjadi? Bisa jadi karena memang khotbahnya tidak terstruktur dengan baik, di mana tidak jelas mana awal dan mana akhir. Atau karena memang tidak mampu menuturkan dengan baik apa yang merupakan amanat khotbah. Dengan kata lain ada masalah dalam bahasa penuturan yang tidak dapat dipahami. Lebih dari itu cara membangun argumen bukan hanya tidak jelas, tapi juga tidak teratur. Lalu bagaimana menyusun struktur khotbah dan bahasa penuturan yang baik?
Ada jemaat mengeluh bahwa dia tidak mengerti isi khotbah seorang hamba Tuhan? Mengapa itu seringkali terjadi? Bisa jadi karena memang khotbahnya tidak terstruktur dengan baik, di mana tidak jelas mana awal dan mana akhir. Atau karena memang tidak mampu menuturkan dengan baik apa yang merupakan amanat khotbah. Dengan kata lain ada masalah dalam bahasa penuturan yang tidak dapat dipahami. Lebih dari itu cara membangun argumen bukan hanya tidak jelas, tapi juga tidak teratur. Lalu bagaimana menyusun struktur khotbah dan bahasa penuturan yang baik?
Langkah pertama, adalah khotbah
harus tersusun baik dalam urutannya. Struktur khotbah apapun jenisnya itu
dalam tiap poinnya harus memiliki tiga (3) bagian: bagian awal, bagian
isi dan bagian kesimpulan (bukan kesimpulan akhir). Ketiganya penting
dan wajib disusun dengan baik. Bagian awal biasanya bicara ada
permasalahan yang dibahas, bagian kedua adalah bagaimana itu
diselesaikan dan bagian akhir bagaimana menerapkannya. Setiap kali poin
amanat khotbah disampaikan, harus memakai tiga unsur yaitu apa masalah,
bagaimana selesaikan dan bagaimana menerapkannya. Langkah kedua, struktur
khotbah harus memiliki kesatuan pikiran dari poin-poin yang disebutkan.
Prinsip kesatuan itu penting sehingga dalam khotbah orang tidak melihat
ketidakteraturan dalam pemikiran tapi sebuah kesatuan tema. Jangan mudah
tergoda mengembangkan cerita khotbah ke hal-hal yang tidak berhubungan
dengan tema dan struktur yang telah dibangun. Langkah ketiga, struktur
khotbah hendaknya memiliki kejelasan dan kesegaran (freshness). Dalam
menuturkan isi khotbah kita sepatutnya membayangkan diri kita sebagai
pendengar di mana kata-kata khotbah itu dapat dimengerti oleh jemaat.
Jangan sampai kata-kata yang dipakai pengkhotbah hanya jelas bagi
dirinya sendiri. Ada banyak yang sibuk dalam menguraikan khotbah dengan
bahasa Ibrani atau Yunani, padahal jemaat tidak mengerti mengapa harus
memakai bahasa asli dan untuk apa bahasa istilah yang tinggi itu
disampaikan. Ingat khotbah bukan bertujuan membuat kata-kata yang
rumit, tapi justru memilih kata-kata yang jelas dan dapat dimengerti
oleh jemaat. Yesus memakai bahasa yang sederhana (ordinary) agar
pendengar memahami maksud dari pengajaranNya. Juga dalam memilih
kata-kata dalam khotbah harus yang memberi kesegaran dan tidak monoton.
Kata-kata yang segar adalah kata yang tidak diulang-ulang, tapi mencari
padanan untuk menyegarkan kalimat dalam khotbah. Kesegaran kata bisa
juga dilakukan dengan membuat kalimat pertanyaan atau retorika di mana
tentunya jemaat tidak akan menjawabnya. Tapi dengan bertanya, akan
timbul suatu dialog dalam khotbah. Itu yang membuat jemaat segar kembali
karena bahasa tidak monoton. Langkah keempat adalah isinya menarik.
Kata menarik itu maksudnya bahwa dalam memilih kata-kata tidak hanya
isinya bersifat informasi semata-mata. Artinya, jemaat tidak butuh diberi informasi. Itu tidak menarik. Tapi pilih kalimat yang persuasif
atau kalimat-kalimat yang membuat pendengar yakin akan apa yang kita
katakan. Bahasa yang dipakai adalah bahasa emosi yang menyentuh
perasaan. Salah satu cara persuasif yang bisa dilakukan adalah dengan
memberikan ilustrasi atau cerita. Penggunaan cerita akan menggugah emosi
seseorang atau memberikan identifikasi yang tidak bisa dilakukan hanya
dengan memberikan informasi. Cerita itu dapat didapat dari diri, hal-hal
aktual dan dunia di sekitar kita.
Akhirnya, peran pengkhotbah dibayangkan sebagai ahli debat, ahli cerita, dan seorang guru, karena sebagai ahli debat, isi kotbah harus ada argumen pembuktian yang meyakinkan logika pendengar. Sebagai ahli cerita karena dalam khotbah harus ada unsur emosional dan sebagai seorang pengajar karena dia harus mampu menguraikan dengan jelas makna dari teks Alkitab yang dikhotbahkan. Juga jangan lupa secara garis besar pun dalam khotbah harus ada awal, ada isi dan ada akhir. Struktur ini akan membuat jemaat mampu melihat jalinan logikanya dan juga bahasa pun harus jelas dan menarik (*DR*)
Akhirnya, peran pengkhotbah dibayangkan sebagai ahli debat, ahli cerita, dan seorang guru, karena sebagai ahli debat, isi kotbah harus ada argumen pembuktian yang meyakinkan logika pendengar. Sebagai ahli cerita karena dalam khotbah harus ada unsur emosional dan sebagai seorang pengajar karena dia harus mampu menguraikan dengan jelas makna dari teks Alkitab yang dikhotbahkan. Juga jangan lupa secara garis besar pun dalam khotbah harus ada awal, ada isi dan ada akhir. Struktur ini akan membuat jemaat mampu melihat jalinan logikanya dan juga bahasa pun harus jelas dan menarik (*DR*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar