By Daniel Ronda
Khotbah
yang Hebat: “Pendahuluan yang Menentukan” (17)
Selain judul, pendahuluan khotbah harus dipersiapkan dengan baik karena
pendahuluan ini menjadi penentu jemaat untuk melanjutkan untuk mendengar
khotbah kita atau tidak. Ada beberapa pengkhotbah naik mimbar dengan cara yang
tidak menarik seperti langsung mengajak hal-hal yang serius, di mana sehabis
berdoa tanpa melihat ke jemaat langsung memulai khotbahnya dan menyebutkan
judul khotbah. Apalagi jika pendahuluan tidak menyenangkan lalu dengan serius
langsung masuk ke inti khotbah. Jemaat tentu belum siap kalau langsung serius
setelah memuji Tuhan. Jadi sudah tidak zaman lagi langsung mengatakan bahwa:
“Hari ini kita akan belajar dari kitab Kolose”, mengapa? Karena mereka tidak
mengerti untuk apa saya harus belajar Kitab Kolose. Dalam konteks apa kok saya
diajak belajar Kitab Kolose? Jika demikian elemen apa saja yang membuat
pendahuluan menarik:
1) Pendahuluan hendaknya selalu berhubungan dengan subyek
pembahasan. Pendahuluan harus disusun setelah mendapatkan apa amanat khotbah
dari teks firman Tuhan. Baru kemudian kita mendesain pendahuluan yang
berhubungan dengan berita khotbah;
2) Usahakan dalam pendahuluan membahas satu pemikiran saja
bukan banyak hal yang mau diceritakan dengan tema yang berbeda-beda. Misalnya
hendak membahas tentang “Kehidupan yang Berbagi”, maka fokuslah mencari suatu
pendahuluan yang menarik tentang mengapa kehidupan yang berbagi itu penting.
Jangan lalu Anda membahas pendahuluan yang lain yang berbeda dengan subyek
pembahasan khotbah;
3) Usahakan pendahuluan itu singkat dan menarik. Anda cukup
menggambarkan mengapa Anda membahasnya lewat adanya kontradiksi dari tidak
melakukan kebenaran yang dibahas. Pendahuluan itu lalu menimbulkan rasa ingin
tahu dan menarik minat pendengar untuk mendengarkan khotbah Anda lebih lanjut;
4) Dalam menyusun kalimat pendahuluan usahakan mendapatkan
perhatian khusus, di mana bisa juga menghafal kalimat pertama dari khotbah
kita. Jadi kalimat-kalimat awal harus disusun dengan baik dan menjadi kata yang
“memaku” jemaat untuk tetap fokus kepada khotbah kita.
Sebaliknya,
hal-hal apa yang harus dihindari dalam memulai sebuah pendahuluan kotbah?
1) Disarankan begitu naik mimbar jangan langsung
kencang atau jangan terlalu bersemangat sejak dari awal. Harusnya seperti kata
dosen khotbah saya Elsworth Kallas: “Start low, begin slow, rise higher, take
fire.” Jadi dimulai agak rileks dengan menyapa kabar jemaat jika Anda gembala,
memperkenalkan diri jika Anda pengkhotbah tamu pertama kali, lalu mulai menaikkan
minat khotbah di awal dengan lebih bergairah, kemudian sampaikan poin-poin
dengan penuh semangat dan puncaknya buat khotbah ada apinya sehingga orang
merasakan ada kuasa yang disampaikan;
2) Hal lain yang tidak boleh dilakukan adalah dengan meminta
maaf bahwa Anda kurang persiapan karena kesibukan dalam pelayanan atau masalah
lainnya. Ini banyak terjadi pada gembala-gembala yang sibuk. Sekalipun Anda
naik mimbar dalam keadaan kurang persiapan, maka seharusnya hanya minta ampun
kepada Tuhan di rumah dan jangan sampaikan dalam jemaat bahwa Anda tidak
bersiap. Jemaat tidak bisa menerima hal itu karena mereka datang khusus untuk
mendengarkan suara Tuhan buat mereka. Jangan kecewakan jemaat dengan menyatakan
ketidaksiapan Anda. Sebagai mantan gembala saya biasanya punya waktu-waktu
kosong. Maka pada momen tidak sibuk saya menyusun banyak khotbah seperti
menyiapkan studi Alkitab mandiri kitab Filipi berseri sehingga ada cukup 5-10
khotbah sudah siap sedia. Jadi bahan kita sudah pelajari sebelumnya lewat studi
eksegesis dan meditasi atas firman Tuhan itu. Jadi bila kemudian ada kematian
atau hal-hal mendadak lainnya, kita sudah punya bahan studi Alkitab sehingga
kita tinggal menyiapkan ilustrasi serta penerapannya dalam kehidupan jemaat;
3) Hal penting lain adalah jangan mendadak ganti khotbah
dengan mengatakan bahwa sebenarnya dia sudah siap sebuah bahan khotbah dari
teks tertentu, tapi tiba-tiba Anda merasa digerakkan untuk mengganti khotbah
yang baru. Walaupun Anda merasakan bahwa persiapan Anda tidak mengena dengan
pendengar, maka firman Tuhan itu selalu relevan, tinggal Anda menyesuaikan
dalam memberikan aplikasi dan tantangan khotbah yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Cuma khotbah jangan diganti mendadak. Biasanya jika Anda diundang
khotbah, jangan segan tanya identitas siapa pendengar Anda dan apa tema yang
hendak disampaikan? Ini untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan aplikasi
khotbah.
Akhirnya, jangan meremehkan pendahuluan, karena dia adalah
bagian muka dari sebuah percakapan. Dia harus disusun dengan singkat, menarik
dan membuat jemaat akan memutuskan untuk terus mendengarkan firman Tuhan sampai
selesainya (*DR*).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar