Selasa, 09 Desember 2014

Seri Khotbah yang Hebat: Topik tentang Keluarga dan Seks



Khotbah yang Hebat: “Topik tentang Keluarga dan Seks (25)”
Khotbah tentang keluarga adalah suatu kewajiban bagi seorang pengkhotbah. Namun ada pertanyaan yang diajukan kepada saya, bolehkah kita sebagai pengkhotbah menceritakan masalah dalam keluarga kita sebagai ilustrasi? Atau ada juga yang mengkhotbahkan masalah yang sensitif yaitu kehidupan seksnya. Bisakah kita menceritakan bahwa sudah tidak melakukan hubungan suami istri karena salah satu pasangan sakit, lalu kita ceritakan bahwa kita mengalami kemenangan dan tidak tergoda walaupun sudah tidak melakukan hubungan pasutri cukup lama?
Pertanyaan di atas adalah salah satu tantangan dalam mengkhotbahkan tema keluarga. Ada beberapa tantangan lainnya: 1) Tantangan pertama adalah bagaimana jemaat merasakan bahwa khotbah tentang keluarga berguna bagi semua jemaat, karena bisa saja ada yang pernikahannya bahagia tapi tidak sedikit yang gagal dalam pernikahan. Secara emosional mereka berpikir bahwa sang pengkhotbah sedang menyinggung dirinya; 2) Tantangan kedua adalah bagaimana menceritakan keluarga kita tanpa jemaat berpikir kita sedang membanggakan keluarga kita. Atau sebaliknya kita mungkin menjadi rendah diri berkhotbah tentang keluarga karena baru menikah, apalagi keluarga kita sedang mengalami berbagai proses tantangan.

Ada beberapa prinsip khotbah tentang keluarga menurut Bob Russell dalam “The Ever More Difficult Marriage Sermon”:
1) Gunakan ilustrasi positif tentang keluarga tanpa harus melebih-lebihkannya. Prinsip ini adalah memakai cerita kemenangan suatu keluarga yang menghadapi masalah tapi kemudian mengalami kemenangan. Ilustrasi ini akan sangat mengena karena mereka akan mengidentifikasi diri mereka lewat cerita. Tentu waspadai karena ada godaan kita akan menambah cerita keberhasilan mereka mengatasi masalahnya.
2) Jangan hanya berbicara soal rumah tangga yang berhasil dan bahagia saja, ceritakan juga soal kegagalan, perselisihan, perpisahan, perceraian dan perzinahan serta penyimpangan seks seperti homoseksual dengan kasih dan perkataan yang sesuai prinsip firman Tuhan. Walaupun pengkhotbah tidak mengalaminya, pelajari apa sebab muncul masalah itu dan bagaimana mengkombinasikan empati, kasih dan keyakinan firman Tuhan sehingga jemaat merasa diterima tapi saat yang sama ada upaya memperbaikinya.
3) Untuk membahas masalah seks maka kita harus berhati-hati. Seks adalah ciptaan Tuhan dan bentuk kovenan ikatan pernikahan yang suci di mana berkat Tuhan ada bagi yang menjaga kekudusan dan kehormatan pernikahan. Puncak dari percakapan keluarga adalah masalah seks. Seks sudah menjadi konsumsi umum baik dalam percakapan maupun dalam aktivitas seksual serta segala penyimpangannya. Maka waktu bicara seks, kita bukanlah Dr. Boyke yang secara vulgar menceritakan masalah seks ataupun masalah seks pribadi kita. Hal-hal teknis soal seks tidak dibahas dalam khotbah (mungkin ada seminar khuus), mengingat ada anak-anak yang hadir dan tingkat keterbukaan jemaat berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain. Di samping itu jika membicarakan masalah seks pribadi bisa jadi kita disalahmengerti sehingga mungkin ada niat yang terselubung. Seks dalam khotbah dibahas dalam kerangka keagungan dan tujuannya dalam pernikahan.
4) Dalam berkhotbah tentang keluarga, selalu mengupayakan untuk memberikan nasihat praktis. Ingat khotbah keluarga berbicara tentang khotbah yang memberikan harapan bagi keluarga. Masih ada harapan serusak apapun pernikahan dan keluarga kita. Maka pengkhotbah dapat memberikan saran-saran praktis dalam khotbah tentang keluarga, jangan mengambang dan tidak mengenai sasaran.
5) Percaya bahwa Tuhan mampu mengubahkan keluarga lewat khotbah kita. Sekalipun khotbah tentang keluarga tidak mudah, saya selalu percaya bahwa khotbah bisa membawa perubahan. Dalam banyak kesempatan saya berkhotbah dan memberikan seminar tentang keluarga, ada saja pasangan-pasangan yang dipulihkan lewat firman Tuhan dan dilanjutkan dengan permintaan mengkonseling mereka. Ada juga yang tidak bersedia berubah tapi tidak sedikit yang datang untuk mau memperbaiki kehidupan rumah tangga mereka. Segala hormat bagi nama Tuhan (DR)

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar