Jumat, 22 Mei 2015

Pelayanan Orang yang Bunuh Diri



Oleh Daniel Ronda

Bagaimana dengan orang yang bunuh diri, apakah bisa dilayani dalam upacara penguburan layaknya orang meninggal biasa atau langsung dikuburkan tanpa upacara? Pertanyaan ini diajukan kepada saya dalam sebuah perjalanan pelayanan.

Kita coba selesaikan satu persatu masalahnya, dibahas mulai dari Alkitab. Dalam Alkitab menyebutkan ada enam peristiwa bunuh diri: Abimelek (hakim-Hakim 9:54), Saul (1 Samuel 31:4), pembawa senjata Saul ( 1 Samuel 31:4-6), Ahitofel ( 2 Samuel 17:23), Zimri (1 Raja-Raja 16:18) dan Yudas (Matius 27:5). Lima orang ini disebut jahat kecuali pembawa senjata Saul. Ada juga yang mengatakan Simson juga bunuh diri, tapi tujuannya untuk untuk membunuh Filistin sehingga sebenarnya tidak masuk kasus bunuh diri.

Pada dasarnya bunuh diri adalah dosa, karena termasuk kategori membunuh nyawa yang walaupun itu nyawanya sendiri. Alkitab menyatakan bahwa Allah pemilik dan pemberi kehidupan, sehingga nyawa itu bukan milik orang itu. Jadi tegas kita percaya bahwa bunuh diri itu dosa.



Tapi Alkitab sendiri tidak pernah berbicara tentang akibat dari dosa bunuh diri itu sendiri, di mana tidak dikatakan bahwa tidak ada pengampunan. Tapi yang kita sudah tahu bahwa orang yang sudah percaya di dalam Yesus tidak akan serta merta masuk neraka jika dia berdosa sebelum sempat mengakui dosanya lalu meninggal. Kita memastikan dengan iman bahwa orang itu tetap ke surga. Namun teolog berbeda pandangan atas kasus bunuh diri ini dan kita hanya menganut bahwa sepanjang bunuh diri tidak ada kepastian bahwa pasti masuk neraka, maka tidak salah untuk percaya bahwa bunuh diri bukan dosa yang tidak dapat pengampunan.

Walaupun ini masih banyak perbedaan teologi (silakan berbeda pandangan dengan saya), tapi dalam pelayanan pastoral kita sepatutnya melakukan upacara kematian untuk keluarga yang masih hidup di mana mereka mengalami pukulan dan kesedihan. Seharusnya orang yang bunuh diri tetap dilayani dengan upacara kematian selayaknya yang lain, karena tujuan upacara itu bukan bertujuan mendoakan supaya status jiwanya diubah lewat doa-doa kita. Tujuan upacara itu adalah untuk penghiburan bagi yang ditinggalkan dan untuk menjadi kesaksian supaya kita bisa menyaksikan Kristus kepada Alkitab dan fakta kematian yang disampaikan Alkitab. Mungkin kita sungkan menyampaikan status orang bunuh diri, tapi izinkan momen ibadah kematian itu untuk mengajak agar yang hidup jangan putus asa atas kehidupan ini dan tidak menyia-nyiakan apa yang Tuhan beri sekalipun kehidupan ini berat. Upacara penguburan bisa menjadi momen pemulihan dan kesadaran bagi yang putus asa. Perdebatan tentang yang sudah mati karena bunuh diri hendaknya tidak menyakiti dan menambah keterpurukan keluarga yang masih hidup (DR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar