Rabu, 22 Oktober 2014

Seri Khotbah yang Hebat: Pendahuluan yang Menentukan

Khotbah yang Hebat: “Pendahuluan yang Menentukan” (17)
Selain judul, pendahuluan khotbah harus dipersiapkan dengan baik karena pendahuluan ini menjadi penentu jemaat untuk melanjutkan untuk mendengar khotbah kita atau tidak. Ada beberapa pengkhotbah naik mimbar dengan cara yang tidak menarik seperti langsung mengajak hal-hal yang serius, di mana sehabis berdoa tanpa melihat ke jemaat langsung memulai khotbahnya dan menyebutkan judul khotbah. Apalagi jika pendahuluan tidak menyenangkan lalu dengan serius langsung masuk ke inti khotbah. Jemaat tentu belum siap kalau langsung serius setelah memuji Tuhan. Jadi sudah tidak zaman lagi langsung mengatakan bahwa: “Hari ini kita akan belajar dari kitab Kolose”, mengapa? Karena mereka tidak mengerti untuk apa saya harus belajar Kitab Kolose. Dalam konteks apa kok saya diajak belajar Kitab Kolose? Jika demikian elemen apa saja yang membuat pendahuluan menarik:
1) Pendahuluan hendaknya selalu berhubungan dengan subyek pembahasan. Pendahuluan harus disusun setelah mendapatkan apa amanat khotbah dari teks firman Tuhan. Baru kemudian kita mendesain pendahuluan yang berhubungan dengan berita khotbah;
2) Usahakan dalam pendahuluan membahas satu pemikiran saja bukan banyak hal yang mau diceritakan dengan tema yang berbeda-beda. Misalnya hendak membahas tentang “Kehidupan yang Berbagi”, maka fokuslah mencari suatu pendahuluan yang menarik tentang mengapa kehidupan yang berbagi itu penting. Jangan lalu Anda membahas pendahuluan yang lain yang berbeda dengan subyek pembahasan khotbah;
3) Usahakan pendahuluan itu singkat dan menarik. Anda cukup menggambarkan mengapa Anda membahasnya lewat adanya kontradiksi dari tidak melakukan kebenaran yang dibahas. Pendahuluan itu lalu menimbulkan rasa ingin tahu dan menarik minat pendengar untuk mendengarkan khotbah Anda lebih lanjut;
4) Dalam menyusun kalimat pendahuluan usahakan mendapatkan perhatian khusus, di mana bisa juga menghafal kalimat pertama dari khotbah kita. Jadi kalimat-kalimat awal harus disusun dengan baik dan menjadi kata yang “memaku” jemaat untuk tetap fokus kepada khotbah kita.
Sebaliknya, hal-hal apa yang harus dihindari dalam memulai sebuah pendahuluan kotbah?
1) Disarankan begitu naik mimbar jangan langsung kencang atau jangan terlalu bersemangat sejak dari awal. Harusnya seperti kata dosen khotbah saya Elsworth Kallas: “Start low, begin slow, rise higher, take fire.” Jadi dimulai agak rileks dengan menyapa kabar jemaat jika Anda gembala, memperkenalkan diri jika Anda pengkhotbah tamu pertama kali, lalu mulai menaikkan minat khotbah di awal dengan lebih bergairah, kemudian sampaikan poin-poin dengan penuh semangat dan puncaknya buat khotbah ada apinya sehingga orang merasakan ada kuasa yang disampaikan;
2) Hal lain yang tidak boleh dilakukan adalah dengan meminta maaf bahwa Anda kurang persiapan karena kesibukan dalam pelayanan atau masalah lainnya. Ini banyak terjadi pada gembala-gembala yang sibuk. Sekalipun Anda naik mimbar dalam keadaan kurang persiapan, maka seharusnya hanya minta ampun kepada Tuhan di rumah dan jangan sampaikan dalam jemaat bahwa Anda tidak bersiap. Jemaat tidak bisa menerima hal itu karena mereka datang khusus untuk mendengarkan suara Tuhan buat mereka. Jangan kecewakan jemaat dengan menyatakan ketidaksiapan Anda. Sebagai mantan gembala saya biasanya punya waktu-waktu kosong. Maka pada momen tidak sibuk saya menyusun banyak khotbah seperti menyiapkan studi Alkitab mandiri kitab Filipi berseri sehingga ada cukup 5-10 khotbah sudah siap sedia. Jadi bahan kita sudah pelajari sebelumnya lewat studi eksegesis dan meditasi atas firman Tuhan itu. Jadi bila kemudian ada kematian atau hal-hal mendadak lainnya, kita sudah punya bahan studi Alkitab sehingga kita tinggal menyiapkan ilustrasi serta penerapannya dalam kehidupan jemaat;
3) Hal penting lain adalah jangan mendadak ganti khotbah dengan mengatakan bahwa sebenarnya dia sudah siap sebuah bahan khotbah dari teks tertentu, tapi tiba-tiba Anda merasa digerakkan untuk mengganti khotbah yang baru. Walaupun Anda merasakan bahwa persiapan Anda tidak mengena dengan pendengar, maka firman Tuhan itu selalu relevan, tinggal Anda menyesuaikan dalam memberikan aplikasi dan tantangan khotbah yang disesuaikan dengan kebutuhan. Cuma khotbah jangan diganti mendadak. Biasanya jika Anda diundang khotbah, jangan segan tanya identitas siapa pendengar Anda dan apa tema yang hendak disampaikan? Ini untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan aplikasi khotbah.
Akhirnya, jangan meremehkan pendahuluan, karena dia adalah bagian muka dari sebuah percakapan. Dia harus disusun dengan singkat, menarik dan membuat jemaat akan memutuskan untuk terus mendengarkan firman Tuhan sampai selesainya (*DR*).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar